Posted in Fiction, Implied, Other Side, Spiritual Life, story

Senja BersamaNya #6

images5603342663193978748..jpg

Rasanya ada ruang kosong yang tersisa di sudut ruang hati entah bagian mana
Hari ini aku akan berhenti berlari
mencari dan pergi ke taman yang sama
Setidaknya aku harus mencoba hal baru
Aku terlalu lelah
Aku lelah dengan rasa kecewa karena kebodohanku sendiri
Meskipun aku tahu tapi tidak bisa berhenti berusaha mencari
Aku hanya ingin di ruangan sempit ini

Katanya orang yang tidak bisa mengekspresikan emosinya lama kelamaan bisa gila
Setidaknya di ruangan kecil ini aku bisa menangis sepuasnya
Sebelum dan setelah memejamkan mata sambil menangis pun tidak akan merugikan siapa pun
Tapi mengapa kaki ini rasanya bukan milikku sekarang.
Tanpa sadar aku sudah berada di bawah lampu jalanan yang nyalanya mulai redup
Udaranya masih begitu dingin
Terlalu pagi untuk berada di luar
Sepertinya aku mulai memiliki gejala kegilaan

Hoodie favorite yang kumal,

kaos kaki favorite dan sendal jepit yang kebesaran

Kalau sampai ada orang melintas pasti mereka akan melihatku dengan tatapan aneh
dan aku tidak tahu arah kemana melangkah

Ini bukan senja… Gila!!

“Seharusnya aku pakai kacamata hitam saja tadi.” kataku lirih sambil tertunduk dan masih berjalan tanpa tujuan

Aku menghentikan langkahku di sebuah taman (lagi)

Suasananya berbeda, mungkin karena terlalu pagi.
Kosong, dingin, tapi rasanya tenang dan aroma udara kali ini benar-benar berbeda.
Mungkin karena tidak ada seorang pun di sini dan ini pagi buta.

Tidak!!

Aku salah! Ada seseorang di bangku taman tempat aku biasa duduk.
Mataku pasti salah lihat gegara agak bengkak.

Aku berusaha membenarkan pandanganku mengedip dalam-dalam beberapa kali.
“Iya, itu seseorang bukan bayangan penampakan kan … “ kataku dalam hati

Aku berjalan perlahan dengan debaran jantung yang semakin cepat, aku mengepalkan tanganku di balik kantong hoodie.

Ketika hanya tinggal beberapa langkah saja orang itu menoleh dan tersenyum hangat kepadaku.

Jantungku rasanya berhenti beberapa detik, mataku semakin melebar dan aku menggigit bibirku semakin lama semakin keras.

“Aku menunggumu sejak lama disini.” suaranya yang lembut menyadarkan aku dan mengembalikan nyawaku yang sepertinya terbang sesaat.

Tidak. Aku tidak bisa menahannya lagi.

Dia menungguku sampai sepagi ini sejak senja kemarin. Seandainya aku tidak terburu-buru dan salah tempat.

Aku begitu lemas dan lelah, hanya air mata yang mengalir deras dari mataku yang sudah sembab.

Aku hanya menunduk dalam di balik topi hoodie, tanganku kukepal semakin kuat di dalam kantung hoodie.

Aku tidak bisa berteriak, teriakanku tak bersuara sama sekali.

Aku putus asa karena kebodohanku sendiri.
Bukan Dia yang pergi atau tidak datang senja kemarin. Dia menunggu ku di tempat yang sama, selalu.

Aku yang berlari ke arah yang salah.

Aku merindukan senja tapi ternyata Dia bukan hanya menungguku saat senja.

Author:

Puzzle

Leave a comment