Posted in Fiction, Implied, Other Side, Relate, story, Suppose

Senja BersamaNya #5

images5603342663193978748..jpg

Sepi…

Senja kali ini terasa terlalu sepi, sama sekali tidak suara atau hembusan angin yang memanjakan bahu yang lelah
Mengapa rasanya senja kali ini begitu terasa berbeda?
Buram dan dingin, apa yang salah dengan senja ini?
Baru saja aku bergegas setengah berlari menuju bangku taman ini. Aku hiraukan sekitarku karena aku tahu apa yang aku tuju dan apa yang menunggu aku di senja yang sama di sini.
Tapi kenapa setelah selesai mengatur nafas yang hampir tak punya ritme semua terasa asing.

Perasaan ini, Perasaan ragu kalau Dia akan datang di saat seperti ini.
Hanya kalimat terakhir yang aku ingat saat terakhir kali perbincangan kita di senja yang lama lalu.
Katanya Dia akan menunggu. Di sini, di senja yang sama.

Tidak ada, kali ini benar-benar berbeda.
Aku tertipu kali ini.
Kesal, amarah, kecewa, sedih, semua seperti sedang diaduk bersama dalam kuali besar dan siap dihidangkan di tengah meja makan besar.

“Memang aku selalu bertingkah konyol… “ aku mengatai diriku sendiri sambil menahan emosi yang campur aduk dengan menggigit ujung bibirku.

Aku coba menenangkan sedikit emosi yang entah apa dan bagian mana. Mengatur nafas perlahan yang sepertinya sedari tadi sudah hampir hilang arah.
Perlahan aku perhatikan sekelilingku, mencoba menangkap kembali suara-suara yang biasa aku dengan kala duduk di senja-senja yang lalu.

“Ahhh… Aku hampir gila karena ini benar-benar bukan senja itu.” Aku menggaruk dan mengacak-acak rambutku yang memang tidak terlalu rapi karena aku berlari memburu waktu.

Setelah beberapa kali helaan nafas, aku mencoba memejamkan mata dan mencari atmosfer senja yang selalu menghangatkan dahulu.

Aku menengadah ke langit dan mulai tersadar.

“Sial..!!!” kataku sambil bergegas berdiri dan berlari ke arah yang kusadari.

Aku merasa bodoh menghabiskan menit-menit berhargaku di bangku taman itu dan bergulat dengan emosi yang tidak perlu.

Aku ada di tempat yang salah… haha… konyol sekali

Meskipun aku bermalam di bangku yang sama sambil menanti senja yang sama, Dia mana mungkin bisa aku ajak berbincang.

Aku kesal kali ini sekaligus menertawakan kebodohan yang seharusnya tidak perlu.

Ternyata taman seperti itu tidak hanya satu, banyak yang serupa tapi aku bisa tahu kalau tempat senja favorite ku bukan di taman itu. Suasananya berbeda dan perasaanku juga seolah bertanya-tanya. Naluri? Ya, mungkin saja. Mari kita sebut bahwa setiap orang memiliki naluri yang terkadang tidak disadari dan lebih sering disangkal.

Kali ini aku berlari terengah-engah dan berhenti sambil menertawakan diri sendiri.

“Setidaknya, aku menyadarinya. Kalau aku yang melakukan hal konyol dan dengan percaya diri mendatangi taman yang salah karena tergesa memburu senja.”

Setelah mulai tenang dan mencium aroma dan atmosfer senja yang sama dengan yang dahulu, dari kejauhan di bangku yang sama tempat aku biasa berbincang ada seseorang disana.

Tidak tampak jelas dari kejauhan, tapi terlihat kalau orang itu sedang menunggu. Tidak seperti kebanyakan orang yang selalu menunggu dengan emosi dan perasaan cemas atau khawatir.
Orang itu sangat tenang dan tampai damai dengan keadaan di sekelilingnya.
Aku tahu kalau taman ini tidak pernah sepi karena disinilah sealu hadir senja terbaik yang dapat dinikmati hampir semua orang di lingkunganku.

Semua orang tahu, kalau taman yang lain tidak memiliki senja seperti di taman ini.

Aku berdiri terpaku memandang orang itu beberapa menit karena aku juga tidak tahu harus duduk di bangku mana, karena itu bangku yang selalu aku pakai.
Berharap orang itu segera beranjak pergi setelah orang yang dia tunggu datang.

Aku mulai cemas, karena pasti Dia mencari aku di bangku yang sama untuk berbincang seperti senja-senja yang lalu.
Perasaan cemas ini mulai berubah menjadi sedih dan kecewa.
Tidak ada tanda kalau Dia mencariku untuk berbincang dan orang itu tidak juga beranjak dari bangku “milikku”.

Mengapa perasaanku bisa berubah begitu drastis dengan sangat cepat?

Sepertinya kali ini aku harus pulang dan kembali ke ruangan sempit itu.
Senja kali ini harus terlewat begitu saja. Mengecewakan.

Author:

Puzzle

Leave a comment